Meraih Sukses Lewat Bisnis Kemasan.

Kemampuan melihat peluang bisnis menjadi kunci kesuksesan Catur Jatiwaluyo.
Menyadari akan kebutuhan kemasan kertas dan plastik makin tinggi di
industri kuliner lokal maupun luar negeri, Catur bersama dua rekannya
bekerjasama mendirikan perusahaan kemasan bernama PT Paperocks Indonesia.
Dia menduduki posisi direktur di dalam perusahaan ini.

Beroperasi sejak 2011 di kawasan industri Newton Technopark, Lippo
Cikarang, Paparocks memasok berbagai kemasan plastik dan kertas ke hampir
100 perusahaan di Indonesia. Beberapa produk yang diproduksi seperti gelas
kertas, kertas pembungkus nasi, kotak kertas, mangkuk sup, gelas es krim,
tatakan, juga alas makanan.

Jika Anda mampir ke restoran cepat saji atau gerai kopi yang menjamur
belakangan ini, bisa dipastikan produk-produk seperti ini selalu
digunakan.
Beberapa perusahaan besar yang menjadi pelanggan produknya adalah pelaku
bisnis kuliner seperti KFC, Nestle, dan Burger King. Ini beberapa contoh
merek asing di Indonesia yang membeli produk kemasan dari Paperocks.
Beberapa perusahaan waralaba makanan dan minuman pun ikut menggunakan
kemasan miliknya. Misalnya, Kopi Brontoseno dari Kediri. "Di Indonesia
hanya perusahaan besar seperti Mc Donald's, Pizza Hut, dan California Fried
Chicken (CFC) yang belum menjadi pelanggan kami," ujarnya.

Saat ini komposisi persentase penjualan untuk ekspor dan penjualan di dalam
negeri masih relatif sama. Dia bilang, Australia dan Jerman merupakan
beberapa negara tujuan ekspor Paperocks. Sistem penjualan ekspornya dengan
cara produk dikirim ke distributor di negara tersebut. Lantas distributor
itu yang mengurus pengiriman selanjutnya ke perusahaan yang membutuhkan.

Sementara, pembeli yang langsung berhubungan dengan Paperocks adalah
beberapa maskapai penerbangan seperti Singapore Airlines dan Etihad
Airways. "Kontrol kualitas perusahaan-perusahaan penerbangan itu ketat
sekali," kata Catur.

Dia berharap perekonomian Indonesia dan dunia bisa terus membaik. Jika
geliat ekonomi terus terjadi dengan ditandai ekspansi usaha perusahaan
makanan dan minuman, ini akan menguntungkan perusahaan yang ia jalankan.

Catur optimistis, komposisi persentase ekspor ke depannya dapat tumbuh
menjadi 60% dari total penjualan. Gaya hidup masyarakat di negara maju
seperti Australia dan Jerman membuat Catur merasa target tersebut cukup
beralasan.

Ia mengamati, karakter masyarakat di negara maju mau menggunakan pembungkus
kertas setiap kali berbelanja. Berbeda dengan masyarakat di Indonesia yang
masih menggunakan pembungkus plastik.

Dari produksi di pabrik seluas 5.000 meter persegi (m²) tersebut, Paperocks
mampu mencetak penjualan di pasar domestik sebesar Rp 18 miliar per tahun.
"Jika ditambah ekspor, omzet bisa mencapai Rp 40 miliar per tahun," ujarnya.

Permintaan kemasan diperkirakan terus tumbuh. Ini disokong oleh ekspansi
waralaba resto di Indonesia. Catur yakin, pertumbuhan penjualan kemasan
Paperocks bisa mencapai 40%–50% per tahun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.