Meraup Berkah Dari Banyaknya Hajatan.

Aneka hajatan keluarga atau pun seminar menjadi ladang rezeki bagi
pengusaha tas berbahan spunbond. Pelaku usaha sering kewalahan menangani
pesanan yang masuk.

Setiap peristiwa penting dalam keluarga biasanya diperingati dengan
mengundang saudara, tetangga, hingga kerabat jauh. Nah, si empunya acara
biasanya ingin memberikan bingkisan bagi tamu-tamunya. Jika kemasan
bingkisan tersebut unik tentu akan memberikan kesan mendalam bagi penerima.

Nah, membuat kemasan bingkisan yang praktis dan mudah dibawa inilah yang
dibidik sebagai peluang usaha oleh para pengusaha tas berbahan spunbond.
Mungkin Anda sudah paham, spunbond adalah jenis kain terstruktur yang
datar, seperti jaring, yang tidak dibuat melalui proses tenun. Sering juga
disebut kain kapas atau pur kertas, kain ini dibikin dengan ikatan serat
secara mekanik, termal, atau proses kimia.

Selain untuk tas, spunbond merupakan bahan baku masker sekali pakai.
Spunbond populer sebagai bahan goody bag karena harganya yang lebih murah
dibanding dengan kain atau plastik lain. Keunggulan lain dari kain kapas
ini adalah bisa didaur ulang. Bebas racun, tahan bahan kimia, dan mudah
dibentuk merupakan alasan lain mengapa spunbond kerap digunakan sebagai
bahan pembuat tas.

Keberadaan berbagai acara keluarga, perusahaan ataupun komunitas,
menimbulkan kebutuhan terhadap tas berbahan spunbond. Peluang ini digarap
Maryati di Ploso, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Mukadlotul Chierozak di
Grobogan, Jawa Tengah, juga berbisnis serupa. Meski berlokasi di daerah,
mereka mampu menjangkau pembeli di Jakarta maupun kota-kota luar Jawa
dengan pemasaran online.

Jangan Anda bayangkan pelaku usaha tas kain ini sudah pandai menjahit saat
memulai usahanya. Maryati malah mengaku tak memiliki sendiri mesin jahit,
saat memulai usaha pada tahun 2010. Pertama kali mendapatkan order, Maryati
memesan ke produsen lain.

Setelah berjalan dua bulan, baru Maryati memproduksi sendiri. Karena tidak
mahir menjahit, Maryati mengerahkan tetangganya yang sudah bisa menjahit
dan memiliki mesin jahit. Ongkos jahit yang harus dia keluarkan antara Rp
30.000–Rp 40.000 per 100 tas. Jika model tas terhitung sulit, ongkos jahit
bisa menjadi Rp 700 sampai Rp 1.000 per potong. Kini Maryati memiliki 18
mesin jahit dan empat orang karyawan tetap yang bertugas memotong pola tas
serta kegiatan finishing dan mengemas tas.

Jahit borongan

Kisah Choerozak memulai usaha pembuatan tas spunbond tidak jauh berbeda. Ia
juga mempekerjakan tetangga. Kebetulan, di sekitar rumah Choerozak banyak
ibu rumah tangga yang pernah bekerja di pabrik garmen. Mereka berhenti dari
pabrik, setelah memiliki anak. "Saya pinjamkan mesin jahit ke mereka dan
memberi ongkos jahit Rp 600 per buah," tutur Choerozak.

Saat mengawali usahanya, tahun 2011, Choerozak hanya memiliki satu mesin
jahit sendiri dan satu mesin jahit pinjaman. Awalnya, usaha ini ditangani
oleh sang istri karena Choerozak masih berstatus karyawan swasta. Namun
setelah order semakin banyak, Choerozak ikut terjun langsung menangani
bidang pemasaran dan pengiriman barang. Adapun sang istri menangani bagian
produksi. Bahan kain spunbond diperoleh Choerozak dengan membeli langsung
di Semarang. Kini, ia memiliki 15 mesin jahit, mesin sablon, dan empat
orang tukang potong pola dan dua orang tukang sablon.

Meski terhitung usaha berskala rumahan, order yang datang kerap dalam
partai besar. Jika Anda menggunakan jurus pemasaran online, order bisa
datang dari berbagai kota di Indonesia. Lihat saja kiprah Maryati yang
memasarkan tas buatannya di situs maryabarokah.com. Adapun Choerozak
memakai situs taskainspunbond.com sebagai etalase.

Order pertama yang diterima Maryati datang dari Bengkulu sebanyak 500 tas.
Saat ini omzet penjualan Maryati mencapai 15.000 buah per bulan.
Pelanggannya datang dari berbagai kota seperti Jakarta, Palembang, Padang,
Sulawesi, Bali.

Kebanyakan pesanan yang diterima Maryati adalah tas promosi dan tas
undangan pernikahan. Ia membanderol tas kain spunbond antara Rp 4.000
hingga Rp 5.000 per buah, dengan minimum order 100 buah.

Maryati mengaku kewalahan menangani pesanan yang masuk. "Ini ada pesanan
untuk 7.000 tas yang belum dijahit. Saya perlu kejar-kejaran dengan waktu
pengiriman," ujar dia.

Kondisi serupa juga dialami Choerozak. Kapasitas produksinya kini berkisar
1.500 hingga 2.000 tas per minggu. Jika ada pesanan tambahan, ia bisa
menggarap order yang jumlahnya 100 hingga 500. Apabila sudah kewalahan,
Choerozak akan melempar order itu ke koleganya yang lain, selama waktu
pengerjaan dan pengiriman memungkinkan. "Jika waktu pengerjaan dan
pengiriman sulit dipenuhi, terpaksa ditolak," ujar Choerozak.

Maryati menilai, prospek usaha tas kain spunbond masih cerah. Alasan dia,
spunbond sedang populer sebagai kain yang ramah lingkungan. Pangsa pasarnya
pun masih terbuka lebar bagi pemain baru. "Asal niat dan punya tekad, pasti
bisa usaha tas ini," tutur Maryati.

Choerozak juga tak ragu mengandalkan spunbond. Ia mengaku, produk semacam
tas suvenir memiliki titik jenuh. Untuk mengantisipasi situasi itu,
Choerozak berancang-ancang membuat produk baru.

Ia bermaksud membuat perlengkapan medis, seperti baju untuk dokter bedah,
dari spunbond. Agenda lain Choerozak adalah membuat tas untuk buah. "Karena
kemasan berbahan bambu mahal saat ini," tutur Choerozak.

Spunbond bisa menjadi bahan baku berbagai produk karena berat kain itu
bervariasi, mulai dari 40 gram hingga 200 gram. Choerozak memakai kain
dengan berat antara 75 gram hingga 100 gram untuk tas. Sedang pemain lain
rata-rata memakai kain spunbond 40 gram hingga 50 gram agar bisa menjual
lebih murah.

Selain mengandalkan pemasaran online, Choerozak juga tetap melakukan
pemasaran langsung antara lain ke kampus-kampus di Semarang. Kampus-kampus
ini mengorder tas untuk keperluan wisuda. "Pesanan untuk wisuda biasanya
berkisar 200 hingga 700 tas."ujar dia.

Saat ini fokus pemasaran Choerozak mencakup Jakarta, Kalimantan, dan
Sumatra. "Jakarta pasar yang potensial karena orang malas keluar rumah
karena macet," ujar dia.

Kini Choerozak memiliki satu pelanggan rutin, suatu percetakan di Jakarta,
yang rutin memesan 2.000 tas setiap bulan. Dari pengalaman Choerozak, order
dari kota-kota di luar Jawa juga kerap datang dalam partai besar.

Oh, iya, margin dari usaha pembuatan tas spunbond berkisar 40%–50%. Jadi,
apabila Anda punya omzet 15.000 tas per bulan, dengan harga tas Rp 4.000,
berarti keuntungan bersih yang bisa Anda kantongi berkisar antara Rp 24
juta sampai Rp 30 juta per bulan.

Jelas nilai yang tak bisa diremehkan untuk ukuran usaha berskala kecil
seperti ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.