Merdunya Bisnis Nada Panggil Pribadi.

JAKARTA. Pasar industri telepon seluler di Indonesia terus bertumbuh dalam
beberapa tahun terakhir. Seiring dengan itu, bisnis seputar telepon seluler
pun juga ikut menggeliat. Salah satunya bisnis penyediaan konten melalui
jaringan seluler, seperti ring back tone (RBT) alias nada sambung pribadi.

Bisnis RBT marak karena permintaannya memang tinggi di pasaran. Maklumlah,
mayoritas pengguna telepon seluler memanfaatkan layanan RBT.

Lewat layanan itu, mereka dapat mengganti nada panggil standar di
teleponnya dengan potongan lagu, musik, atau suara khas lainnya disediakan
oleh penyelenggara jaringan bekerjasama dengan penyedia jasa RBT. Nah,
untuk mendapatkan nada panggil pribadi ini tentu Anda bisa berlangganan
lewat provider ponsel Anda.

Maraknya permintaan RBT ini pula yang mendatangkan berkah bagi perusahaan
penyedia jasa pembuatan RBT. Mereka pun kebanjiran order, terutama dari
kalangan musisi yang ingin hasil karyanya dijadikan RBT di jaringan
seluler.

Bisnis konten khusus layanan RBT ini salah satunya ditekuni oleh Indonesia
Music Protal (IM;port) di Jakarta. Perusahaan ini digawangi oleh musisi
ternama yakni Abdee Slank dan Anang Hermansyah.

Dono Widiarjo , Manager IM;port menuturkan, perusahaan ini berdiri sejak
2006. Salah satu tujuan berdirinya perusahaan ini adalah memajukan industri
musik digital. Dan, salah satu caranya ialah mempromosikan lagu adalah
lewat nada panggil pribadi. Hingga saat ini, kebanyakan klien IM;port
merupakan artis indie atau yang belum bekerja sama dengan perusahaan
rekaman.

Jika tertarik menggunakan jasa IM;port, Anda tinggal mengirimkan materi
lagu dan identitas diri pada IM;port. Selanjutnya, IM;port akan menyeleksi
lagu tersebut. "Di sini kami juga berfungsi sebagai quality control
terhadap karya artis indie yang tertarik memakai jasa kami," ujar Dono.

Materi lagu harus memenuhi standar IM;port. Meskipun bebas dari segi genre
musik, lagu yang lolos seleksi harus kualitas CD audio. Artinya, lagu sudah
diproses sehingga layak dengar seperti layaknya lagu dalam album rekaman.

Setelah lolos seleksi, IM;port akan menyuplai lagu-lagu tersebut kepada
provider ponsel. Dono bilang, IM;port sudah bekerja sama dengan semua
operator ponsel, baik Telkomsel, XL, Indosat, Axis, maupun Three (3).
"Dengan cara ini, artis tidak perlu repot lagi promosi lewat nada sambung
ponsel," katanya.

Pemain lainnya yaitu Nu Production yang didirikan oleh Ayi Suryana. Nu
Production berdiri sejak tahun 2010 di Depok, Jawa Barat.

Menurut wanita yang akrab disapa Ipey, jasa pembuatan RBT telah menjadi
penyelamat industri musik Indonesia di tengah meningkatnya pembajakan
rekaman lagu. "Nada sambung yang memperdengarkan lagu ini tidak bisa
dibajak karena ditempatkan di mesin milik operator telepon selular," kata
wanita kelahiran Bandung, 35 tahun silam ini.

Ipey menyebutkan, pertimbangan lagu yang bisa diterima oleh pihaknya yaitu
kualitas hasil rekaman atau mixing dan juga genre musik.

Pemain lainnya di bisnis ini adalah Ardian Arif Budiman yang akrab disapa
Pane. Ia merupakan lulusan sekolah musik Faraby. Sejak 2009, ia
menggantungkan hidupnya pada pembukaan usaha home recording di rumahnya
sendiri di daerah Bekasi.

Usaha yang ia namakan Pane Home Recording ini mulai menawarkan jasa
pembuatan RBT pada 2010. Saat itu, RBT tengah menjadi tren di kalangan
musisi tanah air. Ia pun melirik peluang ini lantaran banyak musisi dari
daerah ingin mengenalkan musiknya lewat RBT.

Bisnis ini menjadi mudah karena kebetulan Pane sudah memiliki relasi di
salah satu konten provider Indonesia. "Jadi jasa yang saya tawarkan hanya
bersifat menghubungkan antara musisi dengan konten provider," ujar Pane.

Sama dengan penyedia jasa lainnya, ia juga harus menyortir kualitas musik
yang diberikan oleh para musisi agar layak diterima konten provider. "Yang
jelas, musik yang bakal jadi RBT harus melalui tahapan mixing yang baik,"
ujarnya.

Setelah mendapat musik yang baik, Pane bersama musisi itu akan menentukan
bagian mana yang akan dijadikan RBT. "Biasanya kami hanya mengambil 30
detik dari bagian lagu untuk dijadikan RBT. Tapi pemilihan ini juga bisa
dilakukan konten provider," ujarnya.

Sistem bagi hasil

Dono mengatakan, dalam sebulan IM;port menerima minimal 500 lagu yang ingin
dijadikan nada sambung pribadi. Terkadang, seorang artis mengirimkan satu
album sebanyak 12 lagu ke IM;port untuk dijadikan RBT.

Namun, setelah diseleksi, IM;port biasanya mengorbitkan sekitar 300 lagu –
500 untuk dijadikan nada panggil pribadi saban bulan. IM;port tidak
memasang tarif pada klien yang mengirimkan lagu.

Namun, jika lagu mereka terpilih sebagai nada sambung oleh operator ponsel,
IM;port kebagian untung. "Kami dapat share dari RBT dengan porsi 50:50
begitu klien dapat keuntungan dari operator," ujar Dono yang enggan
menyebutkan omzet perusahaannya.

Beda dengan IM;port, Nu Production mengutip biaya registrasi kepada siapa
saja yang ingin mengorbitkan lagunya melalui RBT.

Ipey menyebutkan, registrasi dimulai dari harga Rp 2 juta untuk satu album
full. Sementara kalau per lagu dibanderol dengan harga Rp 500.000. "Harga
sudah termasuk lima operator," katanya.

Bila ada pelanggan menggunakan RBT tersebut, baik perusahaannya maupun
pihak artis akan sama-sama mendapat royalti dari provider. Pihak provider
sendiri memungut tarif berlangganan berkisar Rp 25.000 per bulan. Dari
situ, production mendapatkan biaya royalti sekitar 75%. Sementara artisnya
mendapat bagian sekitar 45%. "Sebenarnya itu menguntungkan jika yang pakai
RBT nya semakin banyak," ungkapnya.

Dia menyebut, omzet yang didapatnya berkisar Rp 8 juta - Rp 12 juta per
bulan. Khusus Panen, karena sifatnya hanya menghubungkan, dia hanya
mendapat komisi Rp 300.000 per lagu dari musisi.

Selanjutnya, konten provider tinggal membagi keuntungan dengan membayar
royalti ke musisi. "Musisi dapat 60% dan untuk konten provider sebesar 40%.
Biasanya kontraknya selama dua tahun," ujarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.