Untung Suropati

Untung Suropati

Cerita rakyat Indonesia yang berasal Babad Tanah Jawa, menyebutkan
asal-usul Untung Suropati. Seorang perwira VOC yang ditugaskan di Makassar,
bernama Kapten van Beber, menemukan seorang bocah laki-laki yang tidak
diketahui namanya. Oleh Kapten van Beber, bocah laki-laki ini kemudian
dijual kepada perwira VOC di Batavia yang bernama Moor. Sejak mempunyai
budak baru, karier serta kekayaan Moor meningkat drastis. Karena itu, Moor
memberi nama bocah laki-laki itu: Untung.

Walaupun, seorang budak tapi Untung laki-laki yang pintar secara
inteligensi dan secara fisik. Buktinya, saat usianya menginjak 20 tahun, ia
berhasil memikat putri Moor yang bernama Suzane. Dikawinilah nona Belanda
itu hingga menimbulkan kemurkaan Moor. Akibatnya Untung pun dijebloskan ke
hotel prodeo. Berkat kepintarannya, Untung berhasil menghimpun kekuatan
para tahanan untuk kemudian kabur dari bui. Sejak itu, ia pun menjadi buron.

***

Pada 1683, berdasarkan catatan sejarah Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa
yang bertakhta sebagai Raja Banten berhasil dijungkal oleh VOC. Sementara
ia sendiri ditangkap, putranya yaitu Pangeran Purbaya berhasil meloloskan
diri ke Gunung Gede. Selang beberapa waktu berikutnya, Pangeran Purbaya
menyatakan menyerah kepada VOC. Tapi, syarat yang diajukannya adalah ia
hanya mau dijemput oleh perwira VOC berdarah Pribumi.

***

Sementara itu, Untung yang tengah menjadi buron berhasil ditemukan oleh
kelompok Kapten Ruys (pemimpin Benteng Tanjungpura). Bukannya menangkap
Untung, Kapten Ruys justru menawari Untung menjadi tentara VOC. Saat itu
tidak ada pilihan bagi Untung selain menerimanya. Setelah itu, Untung pun
dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan, dan selanjutnya ia ditugasi
menjemput Pangeran Purbaya di Gunung Gede.

Oleh Untung, Pangeran Purbaya dibawa ke Tanjungpura. Ia memperlakukan sang
pangeran dengan baik. Di saat seperti itu, Pasukan Vaandrig Kuffeler datang
dan memperlakukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Merasa sesama Pribumi,
Untung tidak terima Pangeran Purbaya diperlakukan kasar. Maka, ia
menghancur pasukan Kuffeler di Sungai Cikalong, 28 Januari 1684. Untung
kini kembali menjadi buronan VOC.

Setelah menyerahkan Pangeran Purbaya ke Tanjungpura. Gusik Kusuma, istri
Pangeran Purbaya, meminta tolong kepada Untung mengantarnya pulang ke
Kartasura. Karena Untung buronan, VOC tidak tinggal diam. Mereka mengirim
Pasukan Jacob Couper, yang kemudian dihancurkan oleh Untung di Desa
Rajapalah.

***

Di tengah-tengah pelariannya, ketika melewati Cirebon, Untung bertengkar
dengan Raden Suropati anak angkat sultan. Setelah diadili, yang terbukti
bersalah adalah Suropati. Suropati pun dihukum mati. Sejak itu nama
Suropati, diserahkan Sultan Cirebon kepada Untung.

***

Untung alias Suropati tiba di Kartasura mengantarkan Raden Ayu Gusik Kusuma
pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh anti-VOC
yang gencar mendesak Amangkurat II agar mengkhianati perjanjian dengan
bangsa Belanda itu. Nerangkusuma juga menikahkan Gusik Kusuma dengan
Suropati.

Kapten Francois Tack (perwira VOC senior yang punya andil dalam menumpas
Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura bulan Februari 1686
untuk menangkap Untung Suropati. Amangkurat II yang telah dipengaruhi
Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.

Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak 75
orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung Suropati.
Tentara Belanda yang masih hidup menyelamatkan diri ke benteng mereka.

Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Suropati dan
Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Suropati mengalahkan Bupati
Anggajaya (Bupati Pasuruan), yang kemudian melarikan diri ke Surabaya.
Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan karena
ia sendiri sudah kenal dengan Suropati di Kartasura. Untung Suropati pun
mengangkat diri menjadi Bupati Pasuruan bergelar Tumenggung Wiranegara.

Pada 1690, Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan merebut Pasuruan. Tentu
saja pasukan ini mengalami kegagalan, karena pertempurannya hanya bersifat
sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC. Sepeninggal Amangkurat II tahun
1703, terjadi perebutan takhta Kartasura antara Amangkurat III melawan
Pangeran Puger. Pada 1704, Pangeran Puger mengangkat diri menjadi
Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Pada 1705, Amangkurat III diusir dari
Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.

Pada September 1706, gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan Surabaya
dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di Benteng
Bangil akhirnya menewaskan Untung Suropati alias Wiranegara tanggal 17
Oktober 1706. Namun, ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan.

Makam Suropati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan dilanjutkan
putra-putranya dengan membawa tandu berisi Suropati palsu. Pada 18 Juni
1707, Herman de Wilde memimpin ekspedisi mengejar Amangkurat III. Ia
menemukan makam Suropati yang segera dibongkarnya. Jenazah Suropati pun
dibakar dan abunya dibuang ke laut.

Putra-putra Untung Suropati, antara lain Raden Pengantin, Raden Suropati,
dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran orang Jawa dan
Bali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama Amangkurat III
tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.

Sebagian pengikut Untung Suropati bergabung dalam pemberontakan Arya
Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha balas
dendam atas dihukum matinya Adipati Jayengrana yang terbukti diam-diam
memihak Suropati dalam perang tahun 1706.

Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut
Suropati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam
pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC
tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723. Putra-putra
Untung Suropati dan para pengikutnya dibuang VOC ke Srilangka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.