Berantas Rentenir Di Kalangah Buruh Dengan Koperasi.

Sejak tahun 1992, Suminah terdorong untuk memperjuangkan nasib para buruh
batik di kampung tempatnya tinggal Dusun Konang Kebon, Bayat, Klaten. Saat
itu, banyak buruh batik yang terjerat para rentenir.

Akibat maraknya renternir, Suminah melihat banyak sekali warga yang
terlilit utang dengan bunga mencekik leher. Mayoritas warga tersebut
merupakan buruh batik dan kebanyakan perempuan.

Untuk memberantas aksi para renternir ini, Suminah pun mendirikan sebuah
koperasi simpan pinjam bernama Ubi Sidomukti. Ide ini ia dapat setelah
sebelumnya sempat menjadi anggota sebuah koperasi simpan pinjam di dusun
lain. Ia melihat koperasi ini bisa juga diterapkan di desanya.

Dengan meniru konsep koperasi di dusun lain, ia menerapkan bunga pinjaman
sebesar 2% per bulan. Namun, ia menghimbau, uang pinjaman itu digunakan
buat modal usaha membuat batik. "Kalau berutang, anggota saya suruh untuk
membeli kain mori dan keperluan membatik," tuturnya.

Setelah kain batik jadi dan laku, baru mereka membayar cicilan. Suminah
sendiri menjadi pedagang pengumpul (pengepul) batik bayat dan dipasarkan ke
pelbagai kota, termasuk Jakarta.

Dengan Suminah menjadi pengepul, para pembatik tidak kesulitan menjual
produknya. Seluruh anggota koperasi merupakan ibu rumah tangga.

Harapan Suminah, koperasi ini membantu menyejahterakan perekonomian warga
di desanya. "Di desa itu ada istilah istri itu konco wingking (mitra di
belakang), saya tidak ingin seperti itu," tuturnya.

Suminah ingin para ibu turun berperan dalam dunia usaha dan pengembangan
batik di desanya. Kini, Suminah telah merintis beberapa kelompok simpan
pinjam serupa di desanya.

Selain dapat menyimpan dan meminjam, para anggota kelompok juga memperoleh
sisa hasil usaha (SHU). Selain itu, ada pula tunjangan bagi anggota yang
sakit atau meninggal.

Bahkan, sebelumnya, pernah ada tunjangan berobat gratis di puskesmas.
Namun, sejak ada program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas),
tunjangan itu dihapus.

Atas seluruh upayanya meningkatkan kesejahteraan warga kampungnya ini,
tahun 1996, Suminah pernah diundang ke Bangkok untuk studi banding dan
mengikuti Human Home Worker Conference yang diadakan oleh Organisasi Buruh
Internasional alias The International Labour Organization (ILO).

Setelah itu, ia juga diundang ke Chiangmai, Thailand untuk acara serupa.
Sementara pada 2006, Suminah pernah memperoleh juara III motivator tebaik
dari organisasi Bina Swadaya.

"Meski saya hanya lulusan SD kejar Paket A, saya ingin meningkatkan
kesejahteraan warga desa saya," ujar Suminah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.