Berdayakan Anak Putus Sekolah & Yatim.

Merintis usaha sejak tahun 1997, I Nyoman Gede Sumaartha sukses menggeluti
usaha pembuatan aneka produk handycraft dengan omzet Rp 700 juta per bulan.
Kendati sudah menggapai puncak kesuksesan, Nyoman mengaku masih terobsesi
untuk membesarkan usahanya.

Guna mencapai ambisinya itu, Nyoman sangat peduli dengan kesejahteraan
karyawannya. Menurutnya, tidak mungkin bisnis bisa berkembang bila
karyawan kurang sejahtera.

Namun demikian, tingkat kesejahteraan karyawan juga tergantung prestasinya
dalam bekerja. Mereka yang kinerjanya baik tentu jenjang karirnya akan
naik. Nyoman sendiri mengaku sudah membuat sistem jenjang karir di
perusahaannya. "Jenjang karir ini bisa menjadi motivasi untuk tetap
kreatif," kata pria pemilik dua orang anak ini.

Selain kesejahteraan, ia juga berusaha membangun suasana kerja yang penuh
kekeluargaan. "Kekeluargaan penting biar suasana nyaman," ucap Nyoman.

Menurutnya, antara pekerja dengan pemimpin juga harus memiliki ikatan
emosional yang dekat. Ia juga selalu menanamkan etika kerja di kalangan
pekerjanya.

Dalam merekrut karyawan, Nyoman lebih mengutamakan orang yang butuh bantuan
karena mengalami cacat fisik atau sejenisnya. "Ada dua orang yang sakit
kanker, dan saya tampung untuk bekerja," ungkapnya.

Nyoman bilang, sengaja menampung penderita kanker karena dengan bekerja
bisa membantu memulihkan penyakit kanker yang dideritanya. Dengan bekerja,
mereka bisa mengeluarkan ide-ide inovatif dalam pembuatan handycraft.
"Kreativitas itu bisa membangun rasa percaya diri, makanya mereka perlu
diberikan pekerjaan," ucapnya.

Selain itu, banyak juga karyawannya yang putus sekolah. Di antara mereka
ada juga yang yatim piatu. Nyoman mengakui, banyak perusahaan tidak mau
menerima orang-orang putus sekolah.

Soalnya, mereka yang putus sekolah ini dianggap kurang berpendidikan dan
tidak terampil. Ia sendiri tak menampik itu. Supaya bisa bekerja, mereka
ini tentu harus dilatih dulu oleh Nyoman.

Nyoman mengaku bahagia bisa mempekerjakan orang-orang yang kurang
beruntung. Karena dengan begitu, bisnisnya punya dampak sosial. Karena jiwa
sosialnya ini, banyak orang mengganggap CV Seni Echo milik Nyoman sebagai
lembaga sosial masyarakat (LSM). "Tapi ini LSM yang tidak tergantung
funding," kisah pria kelahiran Negare, Bali 45 tahun silam ini.

Namun demikian, ia mengaku tetap menjalin kerjasama dengan perusahaan
pembiayaan dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satunya dengan PT Sarana
Bali Ventura. "Di awal kerjasama tahun 1997, saya pinjam Rp 10 juta,
sekarang saya dipercaya meminjam sampai Rp 200 juta," terangnya.

Total karyawannya kini mencapai 80 orang. Mereka memproduksi aneka
handycraft, seperti taplak meja, sarung bantal, bed cover, gorden, lampu
hias, dan berbagai jenis hiasan untuk ruang tamu apartemen atau kamar
tidur. (Selesai)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.