Laba Datang Dari Jasa Mencarikan Barang Branded.
Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan. Bukan sekedar kegiatan jual
beli, bagi sebagian orang, belanja kini sudah menjadi semacam kegiatan
rekreasi mengisi liburan di akhir pekan.
Namun, tak selamanya para penyuka belanja memiliki waktu, akses maupun
informasi tentang barang yang ingin dibelinya. Inilah yang memunculkan
peluang baru bagi jasa penyedia personal shopper.
Personal shopper merupakan jasa yang akan membelikan barang khusus pesanan
Anda. Belakangan ini, jasa personal shopper kian marak di Tanah Air.
Jasa personal shopper juga memiliki segmen pasar yang beragam. Misalnya ada
yang khusus membidik kalangan sosialita dengan berburu produk-produk
bermerek sampai ke luar negeri.
Selain itu, ada juga personal shopper yang membidik warga di daerah yang
jauh dari pusat kota ataupun provinsi.
Salah seorang personal shopper yang sudah terkenal di kalangan sosialita
adalah Dini Indra. Ia terkenal dengan kemahirannya berburu tas bermerek
hingga ke luar negeri. Dini menuturkan, jasa personal shopper bukan
kegiatan yang mudah dan main-main. "Kita harus mengerti fesyen dan
berbelanja harus menjadi passion kita," ujar Dini.
Bila tidak suka berbelanja, tentu akan sulit memilihkan produk yang bagus
bagi kliennya. Selama menjadi personal shopper, ia mengaku, tak pernah
barang pilihannya dikembalikan atau ditolak klien karena tidak cocok. "Ini
karena saya memang memiliki passion berbelanja," ujarnya.
Tidak ada waktu
Personal shopper lainnya, Finta Putery yang berdomisili di Jakarta
menjelaskan, ada tiga hal yang biasanya membuat seseorang membutuhkan jasa
personal shopper. Pertama, tidak ada waktu untuk berbelanja.
"Pelanggan saya kebanyakan pengusaha di Papua dan Kalimantan yang tidak
bisa meninggalkan perkebunan atau perusahaannya," terang wanita yang akrab
dipanggil Putery ini.
Kedua, keterbatasan informasi. Terkadang, seseorang memiliki satu kebutuhan
tetapi tidak mengetahui produk apa yang sesuai dengannya.
Terakhir masalah akses yang jauh karena terkendala jarak dan kondisi
geografis.
Sebagai personal shopper, Putery memang fokus melayani kebutuhan masyarakat
di luar Pulau Jawa yang ingin berburu barang-barang di Pulau Jawa. Ia
mengaku, melayani aneka pesanan barang, mulai dari mobil sport mewah,
kosmetik hingga peralatan rumah tangga.
Putery sendiri terjun ke pekerjaan ini sejak dua tahun silam. Awalnya,
Putery yang berasal dari Sulawesi kerap dititipi barang dari Jakarta oleh
koleganya di Sulawesi. Ia pun selalu menyanggupi pesanan barang koleganya
itu. Sejak itu, ia dikenal sebagai personal shopper.
Untuk memakai jasa Putery, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
konsumen. Salah satunya nilai pembelanjaan minimum Rp 1 juta dengan
maksimum tak terbatas. Lalu biaya ongkos kirim dan keperluan untuk
pembelanjaan dibayarkan oleh pengguna jasa.
Nah untuk biaya jasanya, dipungut 10% dari total belanjaan. Khusus barang
diskon, pengguna jasa tetap diminta membayar penuh namun tidak dikenakan
biaya tambahan 10% lagi. Soalnya, selisih diskon itu akan diberikan kepada
personal shopper sebagai biaya jasa.
Dalam sebulan, Putery bisa berbelanja hingga puluhan juta rupiah. "Sebulan
rata-rata Rp 50 juta tapi kalau Hari Raya atau musim liburan bisa dua kali
lipatnya atau lebih," ujar wanita kelahiran 27 tahun silam ini.
Selain menerima pesanan dalam negeri, ia juga kerap berbelanja barang
hingga luar negeri. Dalam setahun bisa tiga hingga empat kali ke luar
negeri. Ia akan mengumumkan ke klien-kliennya tentang negara yang akan
dikunjungi.
Menurut Putery, produk favorit yang paling banyak dicari adalah kosmetik,
kebutuhan ibu dan bayi, makanan, serta peralatan rumah tangga. "90%
pengguna jasa saya wanita," ujarnya.
Personal shopper lainnya adalah Dina Mutia, 24 tahun. Bisnis ini
ditekuninya sejak 2012. "Kebetulan saya juga senang belanja," ujarnya.
Berbeda dengan personal shopper lain, Dina tidak membeli langsung barang
pesanan konsumen ke luar negeri. Bila ingin menitip barang, konsumen
memilih sendiri barang tersebut lalu Dina akan membeli barang itu melalui
situs penjualan barang di luar negeri.
Biaya yang dibayar konsumen merupakan akumulasi dari harga barang, biaya
pengiriman ke Indonesia, serta fee personal shopper 8% dari total
transaksi. Sebelum barang dibeli, Dina akan mengirimkan kalkulasi biaya ke
konsumen. Jika konsumen setuju, maka ia akan memenuhi pesanan konsumen
tersebut.
Dari jasa ini, Dina mengaku bisa meraup omzet sebesar Rp 40 juta per bulan.
"Keuntungannya bisa mencapai 50%," katanya.
beli, bagi sebagian orang, belanja kini sudah menjadi semacam kegiatan
rekreasi mengisi liburan di akhir pekan.
Namun, tak selamanya para penyuka belanja memiliki waktu, akses maupun
informasi tentang barang yang ingin dibelinya. Inilah yang memunculkan
peluang baru bagi jasa penyedia personal shopper.
Personal shopper merupakan jasa yang akan membelikan barang khusus pesanan
Anda. Belakangan ini, jasa personal shopper kian marak di Tanah Air.
Jasa personal shopper juga memiliki segmen pasar yang beragam. Misalnya ada
yang khusus membidik kalangan sosialita dengan berburu produk-produk
bermerek sampai ke luar negeri.
Selain itu, ada juga personal shopper yang membidik warga di daerah yang
jauh dari pusat kota ataupun provinsi.
Salah seorang personal shopper yang sudah terkenal di kalangan sosialita
adalah Dini Indra. Ia terkenal dengan kemahirannya berburu tas bermerek
hingga ke luar negeri. Dini menuturkan, jasa personal shopper bukan
kegiatan yang mudah dan main-main. "Kita harus mengerti fesyen dan
berbelanja harus menjadi passion kita," ujar Dini.
Bila tidak suka berbelanja, tentu akan sulit memilihkan produk yang bagus
bagi kliennya. Selama menjadi personal shopper, ia mengaku, tak pernah
barang pilihannya dikembalikan atau ditolak klien karena tidak cocok. "Ini
karena saya memang memiliki passion berbelanja," ujarnya.
Tidak ada waktu
Personal shopper lainnya, Finta Putery yang berdomisili di Jakarta
menjelaskan, ada tiga hal yang biasanya membuat seseorang membutuhkan jasa
personal shopper. Pertama, tidak ada waktu untuk berbelanja.
"Pelanggan saya kebanyakan pengusaha di Papua dan Kalimantan yang tidak
bisa meninggalkan perkebunan atau perusahaannya," terang wanita yang akrab
dipanggil Putery ini.
Kedua, keterbatasan informasi. Terkadang, seseorang memiliki satu kebutuhan
tetapi tidak mengetahui produk apa yang sesuai dengannya.
Terakhir masalah akses yang jauh karena terkendala jarak dan kondisi
geografis.
Sebagai personal shopper, Putery memang fokus melayani kebutuhan masyarakat
di luar Pulau Jawa yang ingin berburu barang-barang di Pulau Jawa. Ia
mengaku, melayani aneka pesanan barang, mulai dari mobil sport mewah,
kosmetik hingga peralatan rumah tangga.
Putery sendiri terjun ke pekerjaan ini sejak dua tahun silam. Awalnya,
Putery yang berasal dari Sulawesi kerap dititipi barang dari Jakarta oleh
koleganya di Sulawesi. Ia pun selalu menyanggupi pesanan barang koleganya
itu. Sejak itu, ia dikenal sebagai personal shopper.
Untuk memakai jasa Putery, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
konsumen. Salah satunya nilai pembelanjaan minimum Rp 1 juta dengan
maksimum tak terbatas. Lalu biaya ongkos kirim dan keperluan untuk
pembelanjaan dibayarkan oleh pengguna jasa.
Nah untuk biaya jasanya, dipungut 10% dari total belanjaan. Khusus barang
diskon, pengguna jasa tetap diminta membayar penuh namun tidak dikenakan
biaya tambahan 10% lagi. Soalnya, selisih diskon itu akan diberikan kepada
personal shopper sebagai biaya jasa.
Dalam sebulan, Putery bisa berbelanja hingga puluhan juta rupiah. "Sebulan
rata-rata Rp 50 juta tapi kalau Hari Raya atau musim liburan bisa dua kali
lipatnya atau lebih," ujar wanita kelahiran 27 tahun silam ini.
Selain menerima pesanan dalam negeri, ia juga kerap berbelanja barang
hingga luar negeri. Dalam setahun bisa tiga hingga empat kali ke luar
negeri. Ia akan mengumumkan ke klien-kliennya tentang negara yang akan
dikunjungi.
Menurut Putery, produk favorit yang paling banyak dicari adalah kosmetik,
kebutuhan ibu dan bayi, makanan, serta peralatan rumah tangga. "90%
pengguna jasa saya wanita," ujarnya.
Personal shopper lainnya adalah Dina Mutia, 24 tahun. Bisnis ini
ditekuninya sejak 2012. "Kebetulan saya juga senang belanja," ujarnya.
Berbeda dengan personal shopper lain, Dina tidak membeli langsung barang
pesanan konsumen ke luar negeri. Bila ingin menitip barang, konsumen
memilih sendiri barang tersebut lalu Dina akan membeli barang itu melalui
situs penjualan barang di luar negeri.
Biaya yang dibayar konsumen merupakan akumulasi dari harga barang, biaya
pengiriman ke Indonesia, serta fee personal shopper 8% dari total
transaksi. Sebelum barang dibeli, Dina akan mengirimkan kalkulasi biaya ke
konsumen. Jika konsumen setuju, maka ia akan memenuhi pesanan konsumen
tersebut.
Dari jasa ini, Dina mengaku bisa meraup omzet sebesar Rp 40 juta per bulan.
"Keuntungannya bisa mencapai 50%," katanya.
Komentar
Posting Komentar