Cerminkan Gengsi Lewat Louis Vuitt.

JAKARTA. Tas dewasa ini tak hanya berfungsi sebagai wadah barang. Di
tangan Marc Jacobs, Kepala Desainer Louis Vuitton (LV), fungsi tas naik
dari sekadar aksesori, menjadi mode itu sendiri.

Tak heran, orang yang menjinjing tas keluaran LV tak cuma tampil
fashionable, tapi juga bergengsi. Bagi Lia Candrasari, Presiden Komisaris
PT Wana Lestari Utama, mengoleksi tas mahal bukan bertujuan pamer, tapi
menunjukkan pencapaian diri.

Lia bercerita, ia berani mengoleksi LV tahun 2000, ketika memiliki
pekerjaan tetap. Kala itu, tas LV dibanderol Rp 20 juta. Hobi mengoleksi
tas LV pun berlanjut hingga 2004, ketika jabatannya naik. "Menggunakan tas
mahal menunjukkan di mana level kehidupan kita," tutur Lia.

Berburu yang asli

Hingga kini, Lia memiliki 650 tas premium. Di antara koleksinya itu,
sekitar 257 tas bermerek LV.

Yang bikin Lia fanatik akan tas LV ialah, tak semua orang bisa memilikinya.
Belum lama ini Lia memuaskan batin dengan membawa pulang LV New Age
Traveller yang hanya diproduksi 10 unit di dunia. Karena produksinya
terbatas, maka jangan heran bila harga tas berbahan kulit buaya, ular, dan
rubah itu mencapai Rp 500 juta.

Setelah memiliki tas tersebut, toh Lia tak memakainya. "Senang rasanya bisa
jadi milik saya, tapi saya gak mau pakai karena tak mau terlihat aneh,"
ujarnya.

Menurut Lia, pabrik LV yang berbasis di Paris juga memastikan bahwa tas-tas
yang diproduksi dipakai oleh konsumen yang tepat. Sebagai contoh, hingga
kini Lia belum bisa mengempit tas LV edisi Piala Dunia. Alasannnya,
karakter Lia kurang mewakili citra sporty.

Lia pun beranggapan, harga tas LV tak akan jatuh selama dirawat dengan
apik. Taruh contoh tas LV Garden Party yang dibelinya empat tahun lalu,
nilainya tetap Rp 75 juta.

Saking cintanya dengan tas LV, Lia bahkan sampai membuat perusahaan khusus
mengurus koleksinya. Lewat firma ini, Lia menunjuk personal shopper yang
bertugas berburu tas LV hingga ke luar negeri. Lia juga rela menyulap
rumahnya jadi galeri.

Biasanya personal shopper bisa meloloskan tas LV dalam tiga minggu. Tapi,
tak jarang pula Lia harus menunggu hingga dua bulan hingga tas itu tiba di
Indonesia.

Yudy Rizard Hakim, Chief Corporate Affairs Officer PT Bakrieland
Development Tbk juga tak kalah fanatik akan tas LV. Ia mengaku telah
kepincut oleh tas ini sejak 2008. Saat itu, Yudy diberi oleh-oleh tas LV
oleh rekan yang melancong ke luar negeri.

Sejak saat itu, Yudy merasa belum lengkap bila berjalan ke luar negeri
tanpa berbelanja LV. Sebagai contoh, September lalu, Yudy memboyong dan
membeli tas kantor LV model selempang seharga Rp 12 juta. Sebelumnya, Yudy
juga membeli tas, dompet, dan tempat paspor LV seharga Rp 15 juta. Hingga
kini, Yudy memiliki sekitar tujuh tas dan aksesori LV.

Ia mengatakan, ia cuma mau membeli tas LV yang bersertifikat dan baru.
"Kalau barang bagus merek asli kita nyaman pakainya. Bandingkan beli Rp 1
juta tapi belum setahun resletingnya rusak," tukasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.