Bisnis Bimbingan Belajar Masih Pintar.

JAKARTA. Bisnis lembaga bimbingan belajar (bimbel) masih menjanjikan.
Kebutuhan para siswa sekolah untuk meningkatkan kompetensi akademik,
seiring standar kelulusan yang terus meningkat, membuat bisnis bimbel terus
bermunculan. Tidak sedikit para pelaku bisnis ini menawarkan kemitraan
usaha.

Nah, bagaimana perkembangan bisnis bimbel saat ini? KONTAN akan mengulas
sejumlah bimbel yang pernah ditulis sebelumnya, yakni Lembaga Bimbel
Sinau, Anemone Reading School, dan Bimbel Lotus. Berikut ulasannya.

Lembaga Bimbel Sinau

Lembaga Bimbel Sinau berberasal dari Surabaya. Bimbel yang berdiri tahun
2004 itu merupakan bimbel untuk anak didik mulai play group, TK, SD, SMP,
SMA, hingga persiapan masuk perguruan tinggi. Selain menyajikan seluruh
mata pelajaran yang masuk dalam materi ujian nasional, bimbel ini juga
menyediakan bimbingan belajar bahasa Jepang dan Mandarin.

Bimbel ini mulai menawarkan kemitraan sejak 2009. Saat KONTAN mengulasnya
pada September 2012, Bimbel Sinau baru memiliki 10 cabang. Perinciannya:
dua cabang milik pusat, sisanya milik mitra. Kini, Sinau sudah memiliki 17
cabang yang tersebar di Surabaya, Bandung, Bali, Jakarta, Lampung, dan Jawa
Tengah.

Nurita, Direktur Operasional Sinau mengatakan, perkembangan cabang didukung
oleh promosi lewat website serta liputan dari beberapa media.
Seiring dengan perkembangan, saat ini ada perubahan paket investasi. Jika
sebelumnya, Sinau menawarkan dua paket investasi yaitu Rp 75 juta untuk
wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, serta paket Rp 150 juta di luar
wilayah tersebut. Saat ini, Sinau menawarkan tiga paket investasi yaitu
tipe kursus Rp 150 juta, tipe kursus dan Sekolah TK senilai Rp 450 juta dan
tipe universitas sebesar Rp 850 juta. "Tipe universitas baru kami tawarkan
pertengahan tahun 2013," katanya.

Selain itu, biaya kursus untuk siswa juga naik sejak setahun lalu yakni
sebesar Rp 600.000 per tahun. "Biaya bimbel paling murah untuk TK sebesar
Rp 1,6 juta per tahun," kata Nurita.

Tahun ini, Lembaga Bimbel Sinau menargetkan akan menambah enam cabang yang
akan difokuskan di wilayah Riau, Kalimantan dan Lampung. "Karena daerah itu
masih potensial untuk membuka bimbel," kata Nurita

Dalam kerjasama usaha, mitra hanya menangani laporan keuangan. Sementara
operasional seluruhnya dilakukan oleh pusat. Pembagian profit sebesar 70%
untuk mitra, 30% sisanya untuk pusat.

Anemone Reading School

Anemone Reading School merupakan lembaga bimbel yang menyediakan layanan
belajar membaca untuk anak berusia tiga hingga tujuh tahun. Lembaga
pendidikan ini pertama kali berdiri di Denpasar, Bali, pada tahun 2007.
Lantas pada 2011, pemilik usaha ini, Ni Putu Arie Utami menawarkan
kemitraan kepada masyarakat.

Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini awal tahun 2013, Anemone Reading
School sudah memiliki 16 gerai. Tiga gerai diantaranya adalah milik
sendiri. Saat ini, gerai Anemone Reading School bertambah menjadi 19.
Rinciannya, tiga milik pusat dan sisanya milik mitra. Arie mengaku, sampai
saat ini, gerainya masih berlokasi di wilayah Bali.

Ia mengatakan, berkembangnya usaha ini lantaran keunggulan dari metode
pembelajaran yang berbeda dari bimbel biasanya. Di sini, para siswa
menjalankan konsep belajar membaca sambil bercerita.

Ia memiliki standar kuota mitra di Bali hanya 20 gerai. Maka dari itu,
tahun ini, ia akan gencar melakukan promosi di luar Pulau. Untuk paket
investasi yang ditawarkan tidak berubah seperti tahun lalu, yaitu senilai
Rp 110 juta. Biaya itu sudah termasuk franchise fee Rp 30 juta dan biaya
kontrak gedung selama setahun sebesar Rp 25 juta.

Setiap mitra akan mendapatkan pelatihan awal untuk pembekalan tentang
sistem kemitraan Anemone, strategi pemasaran, administrasi dan manajemen.
Fasilitas lain yang diterima mitra yaitu brosur, spanduk, dan alat-alat
administrasi.

Setiap tenaga pengajar juga mendapat tutorial pengajaran untuk menjamin
standardisasi mutu. Tarif standar belajar siswa sekitar Rp 250.000 per
bulan untuk lima kali kehadiran dalam sepekan. Sementara, di luar Bali,
Arie menawarkan sistem master franchise untuk tiap satu provinsi. Biaya
investasi sebesar Rp 300 juta.

Master franchise inilah yang nantinya memiliki hak untuk menjual kemitraan
di satu provinsi. Tahun ini, untuk ekspansi di luar kota Bali, Arie sudah
mengikuti berbagai macam pameran waralaba. Antara lain di Surabaya hingga
Jakarta.

Bimbel Lotus

Berdiri pada tahun 2009, Bimbel Lotus membidik pelajar dari SD hingga SMA.
Bimbel yang pernah diulas di KONTAN pada Februari 2012 lalu ini masih belum
menambah cabang baru. "Kami masih ingin fokus memperkuat pasar di sekitar
Semarang," ujar pemilik Bimbel Lotus, Dwi Fery Hermawan, kepada KONTAN.

Alhasil bimbel Lotus masih memiliki empat gerai. Tiga gerai diantaranya
adalah milik mitra yang berlokasi di Semarang dan Bekasi. Lotus memiliki
paket kemitraan aktif dan pasif yang dibanderol sebesar Rp 30 juta. Namun
tahun ini penawaran kemitraan Lotus sudah mengalami kenaikan menjadi Rp 40
juta.

Perbedaan kedua paket ini terlihat dari namanya. Untuk paket pasif,
operasional keseluruhan cabang dimiliki oleh pusat. Pengadaan tenaga
pengajar juga termasuk yang disediakan oleh manajemen pusat. Karena mitra
memiliki peranan sedikit dalam kerjasama ini, maka mitra harus menyerahkan
85% dari laba bersih kepada manajemen pusat. Sisanya, yaitu 15%, adalah
bagian mitra.

Adapun pada paket aktif, mitra mengendalikan usaha bimbelnya secara
keseluruhan. Tapi untuk menjaga kualitas maka tenaga pengajar tetap dipasok
dari pusat. Karena peran mitra meningkat, bagi hasilnya pun naik. Mitra
hanya menyerahkan 10% laba bersih ke manajemen pusat.

Jika tertarik terjun di bisnis ini, calon mitra harus menyediakan 11 kelas.
Dari kelas tersebut minimum diisi masing-masing delapan siswa. Dengan
demikian minimal murid di bimbel ini ada sebanyak 88 siswa.

Selain paket kemitraan, biaya kursus di bimbel Lotus juga ikut naik. Dulu,
tarif belajar berkisar Rp 125.000 hingga Rp 175.000 per bulan. Saat ini
tarif belajar mulai Rp 125.000 hingga Rp 250.000 per bulan.

Bimbel Lotus menyediakan banyak layanan materi untuk para murid. Pada tahap
SD yang diajarkan adalah baca tulis hitung, Matematika, IPA dan materi
ujian nasional. Untuk tahap SMP pelajaran termasuk Bahasa Inggris,
Matematika, IPA dan IPS. Untuk SMA pelajaran yang ditawarkan adalah
Matematika, Kimia, Fisika, dan Biologi.

Yang terbaru, Dwi mengatakan, telah membuka program kelas mengaji dan
kelas renang. Untuk mengaji, pertama kali murid akan ditentukan tingkat
pemahamannya terhadap Quran sebelum pemilihan kelas. Sedangkan untuk
renang, terutama ditujukan untuk privat.

Dwi menuturkan, kendala yang ia hadapi selama ini adalah pengadaan sumber
daya manusia (SDM) alias guru, terutama untuk kursus privat. Namun, dengan
memperbanyak kerjasama dengan sejumlah kampus, kendala ini bisa sedikit
teratasi.

Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Kadin, Amir Karamoy mengatakan,
penambahan gerai mitra maupun gerai milik sendiri terkadang sulit lantaran
pemilik usaha enggan untuk melakukan promosi.

Tanpa adanya promosi, dampaknya tidak akan ada siswa baru yang bersedia
untuk bergabung. Sehingga, ada baiknya bila para pemilik usaha ini terus
melakukan promosi. Misalnya, dengan memasang iklan di media cetak dengan
mengumumkan jumlah anak didik mereka yang berhasil diterima di universitas
favorit.

Selain itu, untuk meminimalisir biaya, pemilik juga bisa membagikan brosur
di sekolah-sekolah saat pergantian tahun ajaran atau kenaikan kelas.
Promosi tetap dengan menyertakan jumlah murid yang berhasil masuk
universitas favorit bisa terus dijalankan. "Dengan langkah itu, para orang
tua akan lebih percaya untuk memasukan anak mereka ke bimbel tersebut,"
katanya.

Selain itu, usaha lain yang harus diperhatikan adalah dengan selalu
memperbaharui metode pembelajaran atau dengan menciptakan metode belajar
yang berbeda. Contohnya seperti kumon, yang memberikan pilihan metode
belajar matematika berbeda. Ini bisa membuat konsumen tertarik untuk
mencoba. " Memang membuat metode berbeda itu tidak mudah tapi inilah
tantangannya," ujar Amir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.