Memainkan Peluang Dari Bisnis Sekolah Untuk Anak.

JAKARTA. Orang tua menginginkan pendidikan sedini mungkin bagi anaknya. Itu
sebabnya, bisnis pendidikan anak usaha dini (PAUD), seperti playgroup atau
kelompok bermain laris. Bahkan, usaha ini tidak hanya populer di perkotaan,
tetapi sudah merambah ke daerah. Makanya, semakin banyak tawaran kemitraan
PAUD.

Salah satunya, The Shining Star di Jakarta. Diky Tanujaya merintis usaha
ini pada 2011. Sebelum membuka usaha ini, ia sempat tinggal selama 13 tahun
di Amerika Serikat. Selama di sana, ia menyusun kurikulum PAUD untuk
beberapa kelompok bermain di Indonesia. Makanya, setelah kembali ke
Indonesia, ia mendirikan usaha PAUD, sekaligus menawarkan kemitraan.

Selain gerai milik pusat, sekarang sudah ada satu gerai mitra The Shining
Star di Yogyakarta. "Rencananya kami akan buka cabang di Bali dan Pekan
Baru pada awal tahun depan," ujar Diky.

Murid The Shining Star berusia 2 - 5 tahun. Mereka dibagi dalam kelompok
toddler, pre-school, dan kindergarten. Setiap murid dikutip annual fee
sebesar Rp 4 juta - Rp 8 juta per tahun. Adapun, biaya pendidikan satu
murid dipatok Rp 450.000 - Rp 700.000 per bulan. "Satu cabang, minimal ada
50 murid," paparnya.

Tertarik menjadi mitra The Shinning Star? Bersiap-siap merogoh kocek
sebesar Rp 200 juta. Biaya ini termasuk franchise fee selama lima tahun dan
kurikulum sekolah. Sementara, mitra wajib menyiapkan sendiri perlengkapan
dan peralatan sekolah, serta sewa tempat.

Atau, jika ingin paket komplit tempat lokasi, renovasi ruangan, interior
desain, perlengkapan belajar, serta rekrutmen dan pelatihan guru, calon
mitra wajib menyetor modal sebesar Rp 1 miliar. "Minimal luas sekolah 200
meter persegi atau bisa memuat minimal empat kelas," jelas Diky.

Balik modal 2 tahun

Menurut proyeksi Diky, mitra bisa meraup omzet Rp 40 juta - Rp 68 juta per
bulan. Dengan target laba bersih mencapai 80%, mitra bisa balik modal dalam
dua tahun. Menurutnya, biaya operasional dan gaji pengajar bisa ditutupi
dari pemasukan uang pendidikan bulanan.

The Shining Star mengutip biaya royalti 10% dari omzet bulanan mitra.
Namun, biaya itu baru dibayarkan mulai bulan ketiga sejak cabang milik
mitra beroperasi.

Diky akan memperbaharui kurikulum setiap tiga bulan atau enam bulan. Mitra
tidak dikenakan biaya tambahan untuk kurikulum baru. Ia optimistis, dengan
sistem pengajaran yang diadaptasi dari AS, The Shining Star bisa sukses
mendidik anak.

Pengamat waralaba Anang Sukandar menyebut, peluang usaha pendidikan anak
memang banyak dicari dan berprospek bagus. Apalagi, jika bisnis PAUD
memiliki konsep yang berbeda dalam mengajarkan anak-anak.

Namun, ia menyarankan, calon mitra supaya lebih intens memasarkan jasa ini
dan memilih lokasi strategis, seperti di perumahan. "Sebab, kebanyakan
orang tua memperhatikan faktor lokasi yang dekat dalam memilih sekolah
anaknya. "Perhatikan pula tenaga pengajar. Cari pengajar yang mudah dekat
dengan anak-anak," saran Anang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.