Pengobatan Tradisional

Masa depan tidak bisa ditebak. Siapa sangka, bocah yatim piatu yang masa
kecilnya menjadi penggembala kerbau dan menjadi kuli bangunan kini menjadi
miliarder? Dari pebisnis obat tradisional, kini Agi Sugianto merambah
bisnis rumah produksi. Klinik pengobatan tradisional terus menjamur. Usaha
jenis ini sekarang kian mentereng, sebab lokasinya tidak lagi di gang-gang
sempit tetapi di daerah strategis dengan desain klinik yang lebih modern.
Layanan yang diberikan bukan hanya penyembuhan aneka penyakit, melainkan
juga masalah kecantikan. Layanan pengobatan alternatif ini memang semakin
dilirik lantaran selain diklaim tanpa efek samping, biaya pengobatannya
konon lebih murah ketimbang berobat ke dokter. Tak heran, banyak pebisnis
menuai sukses di bisnis ini. Salah satunya adalah Agi Sugianto. Lelaki
kelahiran Boyolali, Jawa Tengah, pada 7 Juli 1965 ini sukses mengembangkan
bisnis pengobatan alternatif dengan penghasilan Rp 1 miliar per bulan.Agi
tidak hanya memiliki satu jenis klinik, tetapi ada lebih dari lima jenis
klinik pengobatan alternatif yang memberikan layanan berbeda. Misalnya,
klinik pengobatan tradisional Ustad Imam yang melayani pengobatan penyakit
dengan berbagai teknik, seperti bekam, jilat mata, dan terapi lintah.
Klinik ini sudah memiliki tiga cabang. Ada juga klinik Pasak Bumi yang
memberikan layanan khusus keperkasaan pria dan sudah memiliki 20
cabang.Layanan khusus kecantikan dan kewanitaan berada di bawah payung
klinik Teh Mayang yang saat ini sudah ada delapan cabang. Bukan itu saja,
Rumah Totok, yang memberikan layanan aneka pengobatan dan teknik
pelangsingan yang baru dibuka satu setengah tahun lalu, kini sudah memiliki
13 cabang. Yang teranyar adalah klinik pengobatan ala Timur Tengah: Ummi
Siti Latifah. Meskipun memiliki lebih dari 50 klinik pengobatan alternatif,
Agi sama sekali tidak memiliki kemahiran dalam mengobati orang.Kuli saat
kecil Agi terlahir bukan dari keluarga berada. Ketika masih di sekolah
dasar, anak ketiga dari lima bersaudara ini sudah yatim piatu.;Sewaktu
kecil, saya di Boyolali cuma angon (gembala) kerbau. Umur 12 tahun, lulus
SD, saya diajak saudara ke Jakarta, bukan untuk sekolah, tapi untuk
bekerja,; kenangnya. Agi kecil harus membanting tulang menjadi kuli
bangunan di Ibukota kala itu. Hingga akhirnya, dia menemukan keluarga
angkat yang mau menampung dan membiayainyasekolah. Semasa SMA, Agi
hobimembaca. Dia juga rajin menulis artikel di media massa dan mendapatkan
honor. Dialantas memilih menjadi penulis artikel untuk mendapatkan
penghasilan.;Sejak SMA, tulisan saya sudah banyak. Ketika lulus, bermodal
artikel-artikel itu, saya bisa menjadi wartawan meski saya tidak
kuliah,"kenangnya. Tahun 1989, Agi menjadi wartawan di salah satu media
milik Kompas Gramedia. ;Selama menjadi wartawan, saya banyak bertemu dengan
orang sukses. Saya banyak belajar dari mereka. Saya juga kenal banyak
artis,; ujarnya. Ia cukup lama menjadi wartawan. Tapi, pada tahun 2002, ia
mundur dari dunia jurnalistik. Alasannya, dia ingin mengembangkan bisnis.
Sebab, sejak tahun 2000, dia sudah merintis usaha pengobatan alternatif
bersama saudara-nya dari Boyolali yang memiliki keahlian mengobati
orang.Awalnya, Agi mencoba menolong saudaranya itu untuk mengembangkan
layanan pengobatan alternatif di Jakarta.;Saya renovasi rumah dan
membeliperlengkapan usaha dengan menjual gelang milik istri dan laku Rp 1,5
juta,; kenangnya. Ternyata, klinik pengobatan dengan teknik bekam itu
diminati. Paling tidak dalam sehari, ada 40 pasien. Dua tahun setelah usaha
berjalan, Agi mengambil keputusan untuk fokus mengembangkan bisnis.Tidak
hanya satu klinik, Agi berburu terapis-terapis yang memiliki keahlian
pengobatan tradisional.;Kebetulan beberapa saudara di Boyolali mempunyai
aneka keahlian pengobatan alternatif. Saya pun ajak mereka untuk membuka
usaha. Saya bertindak sebagai pengembang bisnis,; jelasnya. Dari situ, satu
per satu, klinik pengobatan lahir, mulai Pasak Bumi, Teh Mayang, Rumah
Totok, hingga Ummi Siti Latifah. Agi menggarap bisnis inidengan lebih
modern, dia tidak membuka praktek di gang-gang sempit, tapi di tempat
strategis yang mampu menciptakan klinik tradisional yang modern.Tak cukup
sampai di situ, Agi pun mengembangkan usaha advertising dan rumah
produksi.;Ini hanyalah sinergi usaha,;katanya. Menurutnya, klinik-klinik
pengobatannya membutuhkan publikasi. Awalnya, usaha rumah produksi hanya
untuk menggarap tayangan audio visual layanan klinik. Ternyata, usaha ini
memberikan nilai tambah. Kini, usaha itu tidak hanya menggarap proyek
pribadi, banyak juga yang menggunakan jasanya.Rumah produksi Agi bernama PT
Media Musik Proaktif sukses berhasil melejitkan grup Trio Macan lewat lagu
Iwak Peyek.;Tapi, sekarang saya pelan-pelan akan menyerahkan kedua bisnis
ini pada orang yang menguasai. Saya akan lebih fokus mengembangkan usaha
pengobatanalternatif,; katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.