Suvenir Dari Perajin, Makanan Bikin Sendiri.

Sentra penjualan oleh-oleh di pusat Kota Bengkulu yang terdapat di Jalan
Soekarno- Hatta, Anggut Atas, menyediakan aneka buah tangan khas bumi
raflesia. Selain suvenir, juga dijual aneka makanan khas Bengkulu.

Aneka makanan dan suvenir khas daerah ini diperoleh para pedagang dari para
perajin di Kota Bengkulu maupun dari daerah-daerah kabupaten. Herdi
Sjafrudin, pemilik Toko Joewada, misalnya, bekerjasama dengan 15 perajin
yang memasok aneka suvenir dan makanan ke kiosnya. "Ada yang dipasok dari
perajin di Bengkulu Selatan seperti Curup, tapi sebagian besar kami ambil
dari perajin di kota ini," tutur Herdi.

Herdi juga memproduksi sendiri sebagian besar makanan yang dijual di
ki-osnya. "Kebanyakan makanan di toko ini dibuat sendiri oleh pedagang,"
ujar Herdi. Pasokan makanan dan suvenir dari perajin itu ada yang sifatnya
hanya menitip, dan ada yang dia bayar langsung.

Jika sistemnya titipan atau konsinyasi, pedagang baru membayar ke perajin
saat barang dan makanan telah laku. "Untuk makanan yang bersifat titip,
para perajin selalu mengecek keadaan pasokan sekali tiga hari," kata dia.

Aini Puspi, pedagang lain di sentra ini, juga menjalin kerjasama dengan
beberapa perajin. Untuk pasokan suvenir didapat dari saudara laki-lakinya
yang kebetulan berprofesi sebagai perajin.

Namun, untuk bahan baku kulit pohon lantung dia pasok sendiri ke saudaranya
itu. Kulit lantung itu dibelinya seharga Rp 12.500 dengan ukuran 0,5 meter
(m) x 2 m. "Jadi saudara saya tinggal membuat saja," ujarnya.

Di tangan saudaranya, kulit pohon lantung ini disulap menjadi tas, dompet,
gantungan kunci, topi, hiasan dinding, dan banyak lagi. Menurut Aini,
mendapatkan kulit pohon lantung agak sulit karena pohon ini adanya di
hutan. Biasanya yang mencari kulit pohon ini para petani.

"Nah, kalau lagi bercocok tanam mereka tidak mencari kulit lantung karena
sibuk mengurus ladangnya," ujar Aini. Petani di sana akan mencari kulit
pohon lantung ketika memasuki musim paceklik. Mereka berburu kulit pohon
lantung buat menambah penghasilan.

Supaya tidak kehabisan bahan baku kulit lantung, Aini biasanya menyetok
dalam jumlah banyak. "Sekali beli saya bisa mengambil 200 sampai 300 lembar
kulit lantung," ujarnya.

Menurut Aini, bahan baku sebanyak itu habis dalam tiga bulan. Sebab, tidak
semua diolah menjadi kerajinan. Menurut Aini, ia juga mela-yani pembelian
kulit lantung dalam bentuk mentah. "Ada dari Yogyakarta dan Bali yang
memesan kulit lantung ini ke kami," ujarnya.

Aini mengaku, untuk makanan khas Bengkulu yang dijual di kiosnya, dia
produksi sendiri. Ia memproduksi beberapa jenis makanan seperti lempuk
durian, emping, kue siput, kue tart, dan lain-lain.

Khusus lempuk durian, biasanya produksi dilakukan saat musim durian tiba.
Menurut Aini, musim durian di Bengkulu hanya sekali setahun. Makanya,
sekali musim durian, ia langsung membuat stok lempuk untuk setahun. "Lempuk
ini tahan setahun lebih," katanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.