Makin Berkembang Sejak Perajin Mendapatkan Kredit.

Sentra industri tempe di Kampung Citeureup, Cibinong, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat terus berkembang. Hampir seluruh warga kampung yang berjumlah
sekitar 1.000 kepala keluarga (KK) kini menggantungkan hidupnya pada usaha
ini.

Tahun demi tahun, kapasitas produksi para perajin tempe terus meningkat,
yang diikuti dengan peningkatan omzet. Citarja, salah satu perajin tempe di
kampung ini, bilang, kebutuhan akan tempe terus meningkat di daerah
Cibinong.

Faktor itu juga membuat warga kampung beramai-ramai menekuni usaha
pembuatan tempe. Citarja sendiri sudah menjadi perajin tempe sejak tahun
1985. "Waktu baru beroperasi, jumlah perajin belum sampai sepuluh," katanya.

Seiring terus bertambahnya jumlah perajin tempe, kapasitas produksi tempe
di kampung ini juga terus meningkat. Begitu pun dengan kemampuan produksi
Citarja. Awal memulai usaha, ia hanya memproduksi 5 kilogram (kg) kacang
kedelai per hari. Namun saat ini kapasitasnya sudah mencapai 200 kg per
hari.

Citarja dibantu istri dan tiga orang karyawan untuk memproduksi sebanyak
itu. Tempe buatannya dijual di sejumlah pasar, seperti Pasar Citeurep dan
Pasar Manaherap Cibinong. Selain itu juga dijual keliling dengan
menggunakan sepeda motor. "Awalnya saya jualan tempe dengan cara dipikul
keliling Citeurep," ujarnya.

Citarja membanderol harga jual tempe mulai Rp 3.000 sampai Rp 7.000 per
bungkus, tergantung dari ukuran.Dari usaha ini, ia mengaku bisa meraup
omzet Rp 2,8 juta hingga Rp 3 juta per hari.

Perajin tempe lainnya, Asria, juga berhasil menggenjot produksinya. Saat
ini, ia mampu memproduksi 200 kg kacang kedelai per hari dengan omzet
mencapai
Rp 90 juta per bulan.

Produksi sebanyak itu dibantu tiga orang karyawan. "Awal usaha saya hanya
memproduksi 20 kg tempe," ujarnya. Untuk pemasaran, ia sudah memiliki kios
sendiri di Pasar Cileungsi yang dibeli beberapa tahun lalu seharga Rp 28
juta.

Baik Citarja maupun Astria mengaku, bisnis tempenya berkembang pesat berkat
maraknya program pendampingan usaha yang dilakukan oleh sejumlah lembaga
keuangan dan perbankan.

Sampai saat ini tercatat sudah ada dua bank yang gencar melakukan
pendampingan sekaligus memberikan pinjaman berbunga rendah, yakni Bank
Danamon dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Terakhir, lembaga pembiayaan mikro
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) juga turut melakukan pendampingan.

Menurut Citarja, program pendampingan itu sangat membantu kemajuan
usahanya. Apalagi banyak pengusaha tempe seperti dirinya sangat membutuhkan
modal karena perputaran uang di usaha ini sangat cepat. "Bunga yang
dikenakan masih terjangkau. Sekitar 0,9% per bulan," ujar Citarja.

Sementara, Astria mengaku mendapatkan kredit dari BRI dan Bank Danamon.
Selain itu, Astria juga mendapatkan pendanaan dari PNM.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.