Jaga Rasa Agar Bisnis Soto Tetap Semerbak.

JAKARTA. Bisnis kuliner yang mengusung makanan khas daerah selalu ramai
peminat. Bukan hanya warga asli daerah tersebut yang menggemari, banyak
orang dari daerah lain pun kerap tertarik mencoba merasakan eksotisme
citarasa kuliner daerah lain. Ini yang membuat menu khas daerah terus
berjaya.

Salah satunya, soto. Beberapa daerah di Indonesia memiliki soto khas
masing-masing. Contoh saja, soto kediri, soto banyumas, maupun soto
betawi. Untuk melebarkan sayap usaha, sejumlah pelaku usaha menerapkan
sistem kemitraan.

Kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan beberapa bisnis soto yang pernah
diulas sebelumnya, seperti Soto Pecok Klaten, Soto Ayam Jolali, Waroeng
Soto Pak Sabar.

Soto Pecok Klaten

Soto ini didirikan sejak 2004 lalu di Klaten oleh Alex Ferharsono. Keunikan
dari soto ini adalah penggunaan seluruh bagian tubuh ayam, dan dipotong
menjadi kecil-kecil. Karena memotong-motong dalam bahasa Jawa disebut
pecok, dari sinilah nama Soto Pecok berasal.
Pada Februari tahun lalu, KONTAN pernah mengulas usaha soto Pecok ini. Saat
itu Soto Pecok Klaten memiliki empat cabang yang ia miliki sendiri.
Sedangkan bisnis yang dikelola keluarga sebanyak 30 gerai.

Soto ini mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2007. Menurut Alex, racikan
bumbunya memberikan pesona aroma khusus yang membuat menu soto buatannya
mirip rasa kare. Hal tersebut lantas membawa banyak konsumen tertarik untuk
mencicipi dan lama kelamaan datanglah permintaan untuk membuka tawaran
kemitraan.

Variasi Soto Pecok rupanya tidak jauh-jauh dari judulnya. Alex menawarkan
soto kulit, soto ceker dan soto brutu. Di tahun lalu, rentang harga jual
dari harga Rp 5.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Lantaran harga bahan baku
sudah naik, dia pun harus menaikkan harga jual. Saat ini harga soto
bikinannya bisa sampai Rp 13.000 per porsi.

Biaya untuk paket kemitraan ikut terkerek naik. Jika tahun lalu Alex
memasang tarif Rp 75 juta untuk paket komplet, maka saat ini ia menaikkan
harga paket menjadi Rp 85 juta. Dengan mengeluarkan biaya investasi sebesar
itu, mitra akan memperoleh peralatan lengkap seperti gerobak, alat masak,
meja kursi, mangkuk serta spanduk.

Untuk harga penjualan bahan baku seperti bumbu dari pusat ke mitra, tahun
lalu dibanderol sebesar Rp 700.000 hingga Rp 1 juta untuk masa persediaan
15 hari. Namun saat ini pun ikut meningkat. "Karena harga bumbu
disesuaikan kenaikan bahan, misal bawang putih," ujar Alex.

Bulan depan Alex akan memperbanyak jumlah cabangnya dengan membuka satu di
Parangtritis, Yogyakarta. Adapun saat ini ia telah memiliki lima gerai
milik sendiri dan tiga gerai milik mitra. "Kalau bisnis yang dikelola
keluarga sekitar 50-an," ujar Alex kepada KONTAN (10/4).
Di tahun ini, ia mengaku tidak memasang target pengembangan, sebab fokus
dengan bisnisnya yang lain.

Soto Ayam Jolali

Merek usaha Soto Ayam Ojolali ini dirintis oleh Dwi Sriyanto sejak tahun
2006 di Surabaya, Jawa Timur. Guna mengembangkan bisnis, Soto Ayam Ojolali
menawarkan kemitraan di tahun 2008.

Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada Mei 2013, tercatat sudah ada 35
gerai soto Ayam Ojolali. Sekarang, jumlahnya bertambah menjadi 38 gerai
yang tersebar di Surabaya, Bekasi, Sulawesi, dan Lombok.

Hendro, staf pemasaran Soto Ayam Ojolali, bilang, di tahun lalu,
pertumbuhan gerai soto Ayam Ojolali lebih banyak di kawasan Indonesia Timur
seperti Sulawesi. Pertumbuhan gerai Soto Ayam Jolali didukung oleh kegiatan
promosi yang masih gencar dilakukan oleh manajemen pusat. Selain melalui
website, Soto Ayam Jolali juga kerap mengikuti pameran-pameran waralaba
yang digelar Kementerian Perdagangan.

Menurutnya, yang lebih penting dalam berbisnis di bidang makanan ialah
kualitas rasa yang tidak berubah. "Rasa soto jangan sampai berubah, itu
penting agar menarik minat pembeli," paparnya.

Oleh sebab itu, sampai sekarang, ia masih mewajibkan mitra untuk membeli
resep seperti bumbu koya dari pihak pusat. Selebihnya, kata Hendro, mitra
dibebaskan untuk membeli bahan baku lainnya di daerah gerai masing-masing.

Hingga tahun ini, belum ada tambahan menu yang diusungnya. Masih ada tiga
menu pilihan di gerai soto Ayam Jolali, yaitu soto ayam campur, soto ayam
jeroan dan soto ayam kulit. "Tidak ada penambahan varian menu karena kami
mempertahankan keaslian soto Surabaya," ujar Hendro.

Harga jual soto Jolali saat ini berkisar Rp 10.000-Rp 14.000 per porsi.
Kisaran harga tersebut belum berubah dari tahun lalu. Besaran paket
investasi pun masih sama dengan sebelumnya. "Kami menyasar pasar menengah
bawah, sehingga diusahakan harga paket dan produk tidak naik," imbuh Hendro.

Paket investasi yang ditawarkan masih ada dua. Pertama, paket gerobak dan
tenda senilai Rp 20 juta. Mitra berhak mendapat perlengkapan seperti
gerobak, tenda, meja dan kursi, mangkuk soto, perlengkapan memasak dan
bahan baku awal.

Paket kedua adalah paket ruangan senilai Rp 30 juta. Dari situ mitra akan
mendapatkan fasilitas berupa peralatan yang sama namun dengan jumlah yang
lebih banyak.

Hendro juga memberikan pelatihan standar bagi pegawai di cabang milik
mitra, seperti pelatihan meracik, menyajikan, melayani konsumen, hingga
pemasaran. Ia mengutip biaya royalti dalam kerjasama ini sebesar 3,5% dari
omzet mitra per bulan. Selain itu, untuk menjaga rasa, ia mewajibkan mitra
membeli resep racikan soto dari pusat.

Waroeng Soto Pak Sabar

Waroeng Soto Pak Sabar mulai beroperasi sejak tahun 1990. Agus Afiantoro,
pemilik usaha ini mulai menawarkan kemitraan kepada masyarakat sejak
Agustus 2012. Namun sayang, kini Agus mengaku tidak lagi menawarkan
kemitraan usaha kepada masyarakat.

Alasan dia, saat ini dia sedang melakukan pembenahan sistem bisnis serta
pergantian manajemen yang mengelola bisnis ini. "Selain itu memang cukup
sulit mengurus mitra baru," ungkapnya.

Sebelumnya, Waroeng Soto Pak Sabar pernah KONTAN ulas pada Oktober 2012
silam. Saat itu, mereka baru mempunyai tiga mitra. Sampai saat ini, jumlah
mitra masih tetap sama dan masih beroperasi.

Ketika itu, investasi yang ditawarkan kepada para calon mitra adalah Rp 70
juta dengan masa kontrak kerjasama selama tiga tahun. Dengan modal sejumlah
itu, mitra akan mendapatkan fasilitas peralatan masak, tujuh set meja,
desain interior, pelatihan karyawan, bahan baku awal, serta promosi.

Waktu itu dia menargetkan . mitra bisa mengantongi omzet sekitar Rp 1,5
juta sampai Rp 2 juta dalam sehari. Sehingga dalam sebulan mitra bisa
mendapatkan omzet sebesar Rp 50 juta.

Setelah dikurangi biaya royalti sebesar 5% dan biaya lainnya, mitra akan
mendapatkan laba bersih sekitar 20% dari omzet per bulan. Agus mengklaim,
Waroeng Soto Pak Sabar sudah cukup terkenal dan mempunyai pelanggan loyal.
Selain menjual menu soto, mereka juga menjual menu nasi. Meski usaha ini
masih berjalan, namun Agus mengaku belum memiliki target kapan akan kembali
membuka tawaran kemitraan.

Evi Diah Puspitawati, pengamat waralaba dari International Franchise
Business Management, mengatakan, setiap bisnis makanan selalu memiliki
peluang untuk berkembang termasuk soto. Apalagi, kata dia, soto termasuk
salah satu makanan tradisional yang cukup digemari oleh masyarakat
Indonesia. "Karena hampir semua orang suka makan soto," ujarnya.

Namun, menjalani bisnis ini pun harus berhati-hati. Terlihat ada sebagian
usaha yang mengalami stagnasi atau bahkan kemunduran usaha. Menurut Evi,
kemungkinan besar hal itu disebabkan karena si pemilik usaha terlalu dini
menawarkan kemitraan.

Evi mengatakan, bisa jadi pemilik usaha soto yang menawarkan kemitraan
tersebut belum memiliki pengalaman yang cukup matang mengelola usahanya
sendiri. Oleh sebab itu, pemilik usaha pun akhirnya mengalami kesulitan
mengelola mitra.

Sebuah usaha harus memiliki setidaknya tiga atau empat tahun pengalaman
mengelola usaha sendiri, sebelum memutuskan untuk menawarkan kerjasama
seperti sistem kemitraan kepada masyarakat. Dari pengalaman tersebut, si
pemilik usaha tentunya akan bisa mengelola mitranya yang baru sehingga
usaha akan terus berkembang.

Selain itu, pemilik usaha juga sudah memiliki pangsa pasar yang lebih solid
dan konsep bisnis yang jelas serta sudah tahu cara memberikan pelayanan
yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.