Di Zaman Belanda, Istana Merdeka Dulunya Sebuah Hotel.

JAKARTA - Istana Merdeka merupakan kediaman resmi sekaligus kantor bagi
Presiden Indonesia. Istana dengan luas sekitar 2.400 meter persegi ini
letaknya persis menghadap ke Taman Monumen Nasional (Monas) Jalan Medan
Merdeka Utara, Jakarta.

Pada tahun 1869, istana ini dahulunya merupakan sebuah hotel. Gubernur
Jenderal Belanda Pieter Mijer mengajukan permohonan untuk membangun sebuah
"hotel" baru dibelakang "Hotel Gubernur Jenderal" di Rijswijk. Seorang
arsitek bernama Drossares dipercayakan untuk merancang gedung baru yang
menghadap ke Koningsplein yang kelak bernama Istana Merdeka. Gagasan itu
baru tuntas diwujudkan sepuluh tahun kemudian. Demikian penelusuran
Okezone, Sabtu (19/4/2014).

Istana Merdeka ditempati Presiden Soekarno pertama kalinya sebagai Presiden
Indonesia. Di dalam Istana tersebut terdapat beberapa ruangan. Presiden
Soekarno memakai sebuah ruang di sisi timur Istana Merdeka sebagai kamar
tidurnya. Ruang tidur itu berseberangan dengan ruang kerjanya dan
dipisahkan oleh bangsal luas yang dikenal sebagai Ruang Resepsi. Ruang
tidur Bung Karno tidak mempunyai kamar mandi sendiri. Bung Karno dan Ibu
Fatma menggunakan kamar mandi yang terletak di belakang kamar tidur,
bersebelahan dengan kamar tidur Guntur, anak sulung mereka. Semuanya berada
di sisi timur Istana Merdeka.

Sisi barat depan Istana Merdeka dipergunakan bagi kegiatan-kegiatan yang
lebih resmi. Di antara serambi depan dan ruang kerja Presiden semula
merupakan teras terbuka dengan perabotan dari rotan. Ruangan ini pada masa
Presiden Soeharto ditutup tembok. Sebagian menjadi ruang tunggu untuk para
duta besar sebelum menyerahkan surat keprecayaan kepada Presiden. Sebagian
lagi menjadi ruang tamu Presiden yang kemuadian dikenal sebagai ruang
Jepara karena ruangan ini pada masa Presiden Soeharto diisi dengan
meja-kursi kayu dan ragam interior dari ukuran Jepara.

Ruang kerja Presiden Soekarno diisi dengan meja dari kayu jati masif,
setelan kursi tamu dari kulit, dan dua dinding yang dipenuhi lemari buku
tingginya sepertiga dinding. Ruang kerja ini nyaris tidak berubah setelah
ditinggalkan Bung Karno dan selama 32 tahun dipergunakan oleh Presiden
Soeharto. Baru pada masa Presiden B.J. Habibie ruang tersebut mengalami
sediikt perubahan.

Ketika putra-putri Bung Karno masih kecil, mereka tidak dikirim ke sekolah
umum. Sebuah gazebo di pelataran tengah diubah menjadi kelas taman
kanak-kanak bagi mereka. Gazebo itu di masa Hindia-Belanda dipakai sebagai
muziek koepel, tempat para pemusik bermain pada acara-acara pesta kebun.
Guru untuk taman kanak-kanak itu didatangkan ke sana. Anak-anak staf Istana
yang seusia juga diajak "bersekolah" di situ untuk menemani putra-putri
Bung Karno. Kebanyakan mereka tinggal di bangunan samping untuk karyawan
Istana, di lahan yang sekarang menjadi kompleks Sekretariat Militer.

Di pelataran juga terdapat sebuah bangunan yang disebut "sanggar". Bangunan
itu terbuat dari kayu, bertingkat dua, dan sering dipakai Bung Karno
sebagai studio untuk melukis atau menulis naskah pidato. Kelak di atas
lokasi ini Pak Harto membangun Puri Bhakti Renatama yang berfungsi sebagai
museum untuk menyimpan lukisan dan benda-benda seni.

Pada masa Bung Karno, bagian-bagian luar Istana Merdeka masih terbuka
sehingga merupakan serambi-serambi dan beranda-beranda yang luas.
Sekeliling Istana, sekalipun berpagar, tetap memberi kesan terbuka.
Beberapa bagian beranda yang terbuka itu dilengkapi dengan setelah
kursi-kursi rotan. Di situ kadang-kadang Presiden Soekarno menemui
tamu-tamunya, termasuk juga melayani wawancara para wartawan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

An Evening in Paris.(Film India Jadul).

Laba Dari Tas Kaum Hawa.